Pembagian wilayah di Timur Tengah
antara Inggris dan Perancis Sesuai dengan Perjanjian Sykes-Picot foto
www.lostislamichistory.com
Sejak tahun 1517 hingga 1917 kerajaan Ottoman Turki
menguasai Arab termasuk wilayah yang saat ini menjadi Lebanon, Syria dan
Palestina. Selama perang dunia ke I (1914-1918), Turki menjadi sekutu Jerman.
Ketika Jerman dan Turki kalah, pada tahun 1916 kontrol atas wilayah kekuasaan
kerajaan Ottoman dilimpahkan pada Inggris (British Mandate) dan Perancis
(France Mandate) dibawah perjanjian Sykes-Picot Agreement, yang
membagi Arab menjadi beberapa wilayah. Lebanon dan Syria dibawah kekuasaan
Perancis (France mandate) sementara Irak dan Palestina termasuk wilayah yang
saat ini dikenal dengan negara Jordan dibawah kekuasaan Inggris (British
Mandate).
Baik bangsa Arab maupun Yahudi sama-sama berjasa pada
Inggris dalam perang dunia I sehingga Inggris berhasil mengalahkan Jerman dan
Turki. Setelah perang usai, pihak Arab meminta wilayah yang dulu dikuasai Turki
termasuk Palestina sepenuhnya menjadi milik Arab. Tapi pihak Yahudi juga
meminta pada Inggris yang dulu menjanjikan seluruh Palestina (termasuk Jordan
yang dulu belum ada) untuk diserahkan pada bangsa Yahudi. Kedua pihak berkeras
memiliki bukti perjanjian tentang Palestina yang dijanjikan oleh Inggris,
yaitu :
Korespondensi Antara Sir Henry MacMahon dan Hussain bin Ali
(Pemuka Mekah)
Ketika kerajaan Ottoman Turki masih meguasai kerajaan Arab
dan Palestina, Hussain Bin Ali bekerja sama dengan Inggris untuk melakukan
revolusi besar di Arab demi mengalahkan Turki. Tahun 1915 terjadilah
korespondensi antara Henry MacMahon dan Hussein bin Ali seorang raja Hejaz dan
pemegang kunci kota suci Mekah Hussein bin Ali dari Bani Hashim/Hashemite
bagian dari suku Quraisy yang pada zaman nabi Muhammad merupakan suku terbesar
dan terkuat di Arab. Saat itu Hussein bin Ali meminta wilayah Arab termasuk
Palestina untuk jadi miliknya karena dia berambisi memperluas kerajaan Hejaz
(Sekarang Saudi Arabia) hingga ke Syria apalagi saat itu penguasa Syria Faisal
masih anaknya sendiri.
Pada tahun 1915 mereka melakukan korespondensi yang membahas
tentang rencana yang akan dilakukan Inggris terhadap wilayah Arab yang dulu
dikuasai oleh Ottoman Turki. Ternyata interpretasi Husayn bin Ali dan Henry
macMahon atas janji pemerintah Inggris terhadap bangsa Arab itu berbeda.
Hussayn mengira bahwa Palestina adalah termasuk wilayah yang akan diberikan
Inggris kepada Arab. Tapi pemerintah Inggris menyangkal dan menyatakan bahwa
semua wilayah yang akan dikembalikan tidak termasuk Palestina. Dalam perjanjian
itu disebutkan bahwa wilayah yang bukan murni Arab (Cannot be said to be purely
Arab) tidak termasuk dalam perjanjian itu. Inggris menganggap bahwa Palestina
bukan murni Arab walaupun saat itu mayoritas penduduk Palestina bangsa Arab.
Hal ini membuat Arab Palestina merasa dikhianati oleh Inggris. Dibawah ini peta
pembagian wilayah yang dijanjikan Inggris pada Arab, garis hitam menunjukan
batas wilayah yang dijanjikan untuk Arab sementara warna pink adalah wilayah Palestina
yang dikira Hussayn Bin Ali termasuk yang akan diberikan pada Arab.
Perjanjian McMahon Hussayn foto
ijs.org.au
Deklarasi Balfour
Keinginan
bangsa Yahudi untuk punya tanah air sendiri sudah lama terpendam, salah seorang
tokoh Yahudi bernama Theodore Herzl (1860-1904) menulis cita-citanya dalam buku
yang berjudul Der Judenstadt (Negara Yahudi). Sebelum mimpinya terwujud
Herlz meninggal hingga akhirnya seorang ilmuwan Yahudi bernama Chaim Weizman
(1874-1952) menemukan bahan peledak yang tidak banyak mengeluarkan asap.
Penemuan Weizman itu sangat membantu Inggris mengalahkan Jerman di Perang dunia
I. Sebagai balas jasa dari Inggris Sir Arthur Balfour bertanya apa yang
diinginkan Weizman sebagai imbalan? Weizman saat itu menjawab dia ingin tanah
air untuk bangsa Yahudi. Asalnya Balfour menawarkan Uganda untuk jadi tanah air
bangsa Yahudi tapi Weizman menolak dia memilih Palestina karena ikatan sejarah
yang kuat sejak ribuan tahun lalu. (Lihat disini) Akhirnya pada 2
november 1917 Arthur James Balfour yang saat itu menjabat sebagai sekretaris
luar negeri Inggris mendukung pemberian negara pada bangsa Yahudi di Palestina
dan terjadilah kesepakatan yang disebut deklarasi Balfour. Pada saat itu Chaim
Weizman dijanjikan seluruh wilayah Palestina termasuk yang saat ini jadi Negara
Jordan. Pada April 1920 Mandat untuk Palestina seluas 120.466 Km2, Lihat peta
dibawah ini ▼
Wilayah untuk Yahudi Palestina Tahun
1920 foto mythsandfacts.org
Tapi pembagian itu mendapat protes keras dari bangsa Arab,
mereka tidak menginginkan berdirinya Negara Israel di Palestina apalagi pada
saat itu sekitar 90% penduduk Palestina adalah bangsa Arab. Mendapat tekanan
yang sangat kuat akhirnya pihak inggris menawarkan pembagian wilayah menjadi 2
disebelah timur sungai Jordan menjadi milik Yahudi Palestina dan sebelah barat
sungai Jordan menjadi milik Arab Palestina. Pada saat itu tempat yang tadinya
untuk bangsa Arab Palestina dinamakan Transjordan dan wilayahnya jauh lebih
luas dari wilayah untuk Yahudi Palestina. Inggris memberikan 77% tanah yang
tadinya dijanjikan untuk bangsa Yahudi pada Arab sedangkan bangsa Yahudi
menerima 23%. Walaupun kecewa karena merasa dingkari janji oleh Inggris, tapi
pihak Yahudi mengalah dan tetap menerima pembagian itu. Pada 24 Juli 1922
pembagian wilayah itu diubah, Yahudi Palestina mendapat 28.166 Km2 sedangkan
Arab Palestina mendapat 92.300 Km2 Lihat peta dibawah ini ▼
Pembagian wilayah untuk Yahudi dan
Arab di Palestina tahun 1922 foto mythsandfacts.org
Tapi ternyata pembagian itu tetap tidak diterima bangsa Arab
mereka tetap menginginkan seluruh Palestina dibawah kekuasaan Arab. Sejak
dikeluarkannya deklarasi Balfour warga Arab Palestina terus menyerang dan
mengintimidasi bangsa Yahudi Palestina. Sementara bangsa Yahudi yang sudah
mendapat 23% wilayah Palestina, berusaha keras mempertahankan diri. Mereka
membentuk pasukan yang dikenal dengan nama Haganah dan Irgun (lebih militan).
Tugas mereka adalah menjaga dan menyelamatkan Yahudi dari serangan Arab
terutama dari Fedeyen (pasukan bunuh diri Arab Palestina).
Sejak tahun 1920 situasi sudah mulai memanas di Palestina
apalagi imigrasi besar-besaran bangsa Yahudi dari seluruh dunia mulai
berdatangan ke Palestina. Hal itu semakin membuat bangsa Arab marah. Sehingga
akhirnya tejadilah revolusi Arab di Palestina pada tahun 1936-1939. Revolusi itu
gagal dan menewaskan sekitar 5 ribu orang Arab Palestina. Sementara dipihak
Inggris dan Yahudi Palestina jatuh korban jiwa masing-masing sekitar 300 orang.
Akibat dari revolusi itu akhirnya Inggris dan pihak perserikatan Bangsa-bangsa
mengurangi lagi jatah wilayah untuk Yahudi. Dari 23% dikurangi lagi karena
wilayah itu harus dibagi dengan Arab. Sementara Transjordan yang tadinya
ditujukan untuk penduduk Arab Palestina malah dibuat menjadi Negara baru yang
berbentuk kerajaan yaitu Jordania yang dibawah pengawasan Inggris.
Sekali lagi pihak Israel menerima jatah yang diberikan oleh
PBB dan pada 14 Mei 1948 bangsa Yahudi akhirnya meproklamirkan Negara Israel di
Palestina. Walaupun pihak Arab Palestina gagal melakukan revolusi di Palestina,
mereka tetap tidak ingin ada negara Israel di Palestina. Beberapa negara Arab
bersekutu untuk menyerang Israel dan merebut Palestina akhirnya terjadi perang
antara Israel melawan koalisi Negara Arab (Mesir, Irak, Jordan, Sudan, Yaman,
Arab Saudi, Lebanon, Liga Arab, pasukan Mujahidin). Perang itu berlangsung dari
15 Mei 1948 hingga 10 Maret 1949 dan berakhir dengan kemenangan Israel tapi
perang itu merenggut ribuan korban jiwa dikedua pihak konon Israel kehilangan
1% dari populasinya saat itu. Tapi akibat perang itu ribuan penduduk Yahudi
yang diusir dari Negara-negara Arab akhirnya berimigrasi ke Israel. Kekalahan
pihak Arab dari Israel mengakibatkan Israel berhasil memperbesar wilayahnya
dari yang diberikan PBB sebelumnya.
Dibawah ini peta pembagian wilayah Israel dan Palestina oleh
PBB▼
Pembagian wilayah Palestina menurut
PBB tahun 1947