Kitab Mahabarata mengisahkan konflik hebat keturunan Pandu dan Dritarasta dalam
memperbutkan takhta kerajaan.Menurut sumber,kitab ini ditulis pada tahun 1500
SM,dan menurut perkiraan, perang tersebut meletus sekitar 5000 tahun yang lalu.
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang Nuklir!!
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang Nuklir!!
Tapi, benarkah demikian yang terjadi
sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah
peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir?
Masa sebelum 4000 SM dianggap
sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua
didunia.
Akan selama ini terdapat berbagai
diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah
mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Beberapa naskah Wedha dan Jain yang
antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis
maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami
zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya
adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Dalam suatu cuplikan cerita dalam
kitab Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam
Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu
meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat
menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah
musuh,lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi
diatas cakrawala,dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan
dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.
Yang membuat orang tidak habis
pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan
Weimana-nya itu?
Dari hasil riset dan penelitian yang
dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak
sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai.
Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata.
Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata.
Jika ingin melebur bebatuan
tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 derajat Celcius. Bara api yang
biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru
bisa mencapai suhu yang demikian.
Di dalam hutan primitif di pedalaman
India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus.
Tembok kota yang runtuh
dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang
terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi.
Selain di India, Babilon kuno, gurun
sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir
prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca
pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Secara umum dapat digambarkan
berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini memberikan beberapa
bahan kajian yang menarik.
Antara lain adalah :
* Atlantis dan Dinasti Rama pernah
mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30000-15000 BC).
* Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir.
* Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
* Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato.
* Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
* Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.
* Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.
* Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
* Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini.
Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.
* Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir.
* Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
* Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato.
* Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
* Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.
* Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.
* Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
* Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini.
Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.
Singkatnya segala penyelidikan
diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban
Atlantis dan Rama.
Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah
memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir.
Akan tetapi zaman keemasan tersebut
berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia
sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar
4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.
Ratusan panah-panah api (missile) berterbangan dilangit, tak kalahnya
panah-panah api berekor panjang (laser) juga terlihat membelah cakrawala,
bola-bola api raksasa (nuclear blast) menyilaukan dan membutakan mata, semua
itu diakhiri suara menggelegar yang *****akkan telinga, ribuan nyawa manusia
dan hewan melayang tak terkira dan menyisakan kehancuran yang dahsyat di
berbagai tempat dimuka Bumi tercinta.
Apa mungkin 15.000 tahun SM, ada
perang nuklir dan peradaban manusia sudah demikian tinggi? Padahal, teknologi
nuklir merupakan teknologi hi-tech yang dikerjakan oleh para ahli fisika.
Kesalahan kecil yang terjadi pada peralatan atau prosesnya dapat menjadi bencana, penebar maut. Seperti kebocoran di reaktor nuklir Chernobyl milik Rusia yang menelan banyak korban jiwa karena radiasi radio aktif.
Kesalahan kecil yang terjadi pada peralatan atau prosesnya dapat menjadi bencana, penebar maut. Seperti kebocoran di reaktor nuklir Chernobyl milik Rusia yang menelan banyak korban jiwa karena radiasi radio aktif.
Ada kabar menarik dari arkeolog
India. Ditemukan sejumlah bukti yang menunjukkan di India diduga pernah terjadi
2 perang besar yang menggunakan senjata pemusnah massal.
Penelitian dilakukan oleh oleh
Michael Cremo tahun 2003, arkeolog senior dari AS. Selama 8 tahun, penganut
agama Hindu ini meneliti narasumber dari kitab suci Weda dan Jain, yang ditulis
pendeta Walmiki, ribuan tahun lalu. Cremo tertarik menginvestigasi dan
mendalami dua kitab suci tersebut.
Ia menemukan nama-nama yang tertera
di kitab tersebut ada di India. Ditemani tim dan rekannya, Dr.Rao C.S, arkeolog
terkemuka India, ia meneliti dengan perangkat canggih “penjejak waktu” (
thermoluminenscence dating method ) untuk setiap obyek.
Dengan karbon radio isotop, keakuratan umur objek mampu dijejak hingga miliaran tahun ke belakang. Kitab Weda ternyata bisa menjadi nara sumber akurat, mengungkap kisah-kisah sebenarnya beribu tahun lalu. Tak semata kitab suci.
Mereka mencoba mengupas isi kisah
Mahabarata, dari awal kejadian hingga perang Bharatayudha, ditandai berakhirnya
perjalanan keluarga Bharata. Mereka yang berperang, berasal dari keturunan
Pandu dan Destrarata, 2 bersaudara.
Baratayuda, adalah istilah yang
dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga
Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata,
yaitu sebuah wira carita terkenal dari India.
Dr.Rao meneliti bukti-bukti sejarah
di lautan, di teluk Gujarat, untuk mengungkap bukti keberadaan Kerajaan
Dwaraka. Istana Sri Krisna, otak penggalang strategis dari pihak Pandawa.
Konon, kerajaan ini musnah ditelan gelombang laut tahun 1478 SM, setelah perang
Bharatayudha tahun 1443 SM.
Michael Cremo mengadakan penelitian
di daratan, diantaranya: Indraprasta, Hastinapura, dan padang Khurusethra,
bekas perang itu terjadi. Seperti diketahui, Indraprasta merupakan tempat
bermukim keluarga Pandawa di awal perjuangan merebut Hastina. Khurusethra
adalah bekas pertempuran dahsyat keluarga Bharata.
Para ahli menemukan banyak bukti
yang mengejutkan. Tanah tegalan luas itu ternyata tak ditumbuhi tanaman apa
pun, karena tercemar radio aktif. Pada puing-puing bangunan atau sisa-sisa
tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo Daro tercemar residu radio aktif
yang cukup pekat.
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir, hal ini terjadi diduga akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar dalam peperangan tersebut. Jelasnya terdapat dalam kalimat Weda yang diterjemahkan bebas seperti ini, ”Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana/ Vimana.
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir, hal ini terjadi diduga akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar dalam peperangan tersebut. Jelasnya terdapat dalam kalimat Weda yang diterjemahkan bebas seperti ini, ”Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana/ Vimana.
Terlihat relief Vimana sedang melayang di kanan atas
Dalam Ufology, Vimana adalah wahana mirip piring terbang. Bahkan ada teori, bahwa dulunya Vimana adalah istilah untuk kendaraan alien yang berperang dengan manusia Bumi yang pada saat itu juga sudah canggih.
Teori kedua dalam Ufology, bahwa
dulunya ada dua ras alien yang memperebutkan Bumi dan menghasilkan
radiasi-radiasi yang hingga kini masih dapat dibuktikan.
Oleh kerenanya, manusia mengganggap
bahwa para alien tersebut adalah “Dewa-dewa dari langit” yang sangat tangguh
dan perkasa, lalu manusia membuat ceritanya dalam kitab-kitab Hindu.
Vimana dapat mendarat di tengah air, lalu mengangkat gendewa dan meluncurkan sebatang anak panah. Semacam senjata mirip rudal/ roket, yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang bersinar terang di atas wilayah musuh.
Vimana dapat mendarat di tengah air, lalu mengangkat gendewa dan meluncurkan sebatang anak panah. Semacam senjata mirip rudal/ roket, yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang bersinar terang di atas wilayah musuh.
Curahannya seperti hujan lebat yang
deras, mengepung musuh dengan kekuatan dahsyat. Setelah panah itu tiba pada
sasarannya, dalam sekejap sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk
seperti cendawan raksasa merekah di atas wilayah kurawa.
Angkasa menjadi gelap gulita, semua
kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin
yang dahsyat mulai bertiup wuuus… wuuus, disertai debu pasir.
Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh dan bumi gonjang-ganjing. Sementara itu di atas langit, matahari seolah-olah bergoyang, panas membara memancarkan udara mengerikan, membuat bumi berguncang, dan gunung-gunung bergoyang.”
Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh dan bumi gonjang-ganjing. Sementara itu di atas langit, matahari seolah-olah bergoyang, panas membara memancarkan udara mengerikan, membuat bumi berguncang, dan gunung-gunung bergoyang.”
“Di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah
bentuk. Air sungai kering kerontang, ikan, udang dan hewan laut lainnya,
semuanya mati.”
“Saat panah (apakah roket atau
senjata laser?) meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh
berjatuhan bagaikan batang pohon yang terbakar hangus. Akibat yang ditimbulkan
oleh senjata Arjuna tersebut, tercipta badai api, diikuti ledakan dahsyat yang
memancarkan debu beracun (radio aktif?).”
Menurut kepercayaan populer Kuil
Mahabalipuram bukan suatu kuil, tetapi suatu candi yang terakhir dari
serangkaian tujuh candi, enam di antaranya telah tenggelam.
Penemuan bangunan utama reruntuhan
itu terjadi pada bulan April 2002 di lepas pantai Mahabalipuram di Tamil Nadu,
India Selatan, pada kedalaman 5 hingga 7 meter (15-21 kaki) dilakukan oleh tim
gabungan dari Dorset Scientific Exploration Society (SES) dan India’s National
Institute of Oceanography (NIO).
Penyelidikan di lokasi masing-masing
ditemukan batu, sisa-sisa tembok yang tersebar, batu persegi dan blok persegi
panjang dan platform besar dengan undak-undakan yang menuju ke sana. Semua ini
berbaring di tengah-tengah formasi geologis batuan lokal.
Terdapat 4 sosok singa di empat
lokasi, reruntuhan itu disimpulkan menjadi bagian dari kompleks candi.
Dinasti Pallava, yang menguasai
wilayah itu selama abad ke-7 Masehi, dikenal memiliki banyak bangunan batu
keras seperti struktural candi di Mahabalipuram dan Kanchipuram.
Poet Dwarka (India)
Di antara yang paling menarik dari penemuan-penemuan arkeologi yang dibuat di
India dalam beberapa tahun terakhir adalah yang dibuat di lepas pantai dan Bet
Dwarka Dwarka di Gujarat.
Penggalian telah berlangsung sejak 1983. Ini adalah dua tempat yang terpisah 30 km satu sama lain. Dwarka berada di pantai laut Arab, dan Bet Dwarka adalah di Teluk Kutch.
Penggalian telah berlangsung sejak 1983. Ini adalah dua tempat yang terpisah 30 km satu sama lain. Dwarka berada di pantai laut Arab, dan Bet Dwarka adalah di Teluk Kutch.
Kedua tempat ini dihubungkan dengan
legenda tentang Kresna yang baik. Ada banyak candi di sini, terutama yang
termasuk ke dalam periode abad pertengahan.
Dinilai sebagai salah satu dari
tujuh kota paling tua di negara ini, kota legendaris Dvaraka adalah tempat
kediaman Lord Krishna. Hal ini diyakini bahwa akibat kerusakan dan kehancuran
oleh laut, Dvaraka telah tenggelam enam kali!
Untuk memperluas dan memperdalam
penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan dengan citra lansat
satelit. Dari hasil riset dan pemotretan yang difokuskan di hulu sungai Gangga,
para arkeolog menemukan banyak sisa puing bangunan yang telah menjadi batu
hangus.
Batu besar reruntuhan ini ketika dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol
dan cekung tidak merata. Ketika dicoba melebur bebatuan tsb, ternyata
dibutuhkan suhu minimal 1.800 derajat celcius! Batu biasa dalam keadaan normal
tak mencapai suhu ini.
Kecuali pada benda-benda yang
terkena radiasi nuklir, baru bisa mencapai suhu yang demikian tinggi. Di
pedalaman hutan primitif India, peneliti juga menemukan lebih banyak reruntuhan
batu hangus.
Tembok kota yang runtuh
dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang
terbuat dari batu dalam bangunan juga telah di-kaca-lisasi. Para peneliti
heran, selain di India, batu radiasi juga ditemukan di bekas Kerajaan Babilonia
Kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi di Mongolia!
Inilah bukti reruntuhan perang
nuklir prasejarah, derajat radiasi masih terekam meski kejadiannya ribuan tahun
SM ( Sebelum Masehi ). Batu kaca pada reruntuhan tersebut, semuanya sama persis
dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Diduga kuat perang Bharatayudha adalah perang nuklir yang terjadi antara 30.000 – 15.000 SM. Untuk meneliti lebih jauh penyebaran batu radiasi ini, para ahli nuklir PBB akan mengungkapnya dalam program khusus.
Diduga kuat perang Bharatayudha adalah perang nuklir yang terjadi antara 30.000 – 15.000 SM. Untuk meneliti lebih jauh penyebaran batu radiasi ini, para ahli nuklir PBB akan mengungkapnya dalam program khusus.
Penelitian yang dilakukan Dr. Rao di bawah lautan didasarkan petunjuk Weda,
bahwa Kerajaan Dwaraka ditelan laut beberapa saat setelah Bharatayudha usai.
Kerajaan Dwaraka adalah kediaman Sri Krisna, raja yang pegang kendali strategis
di perang saudara ini.
Dalam kitab suci Hindu, ia merupakan
jelmaan Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Keberadaan Dwaraka dilakukan selama
8 tahun, dan baru jelas setelah dibantu citra satelit NASA. Dari sana ditemukan
jejak kerajaan tersebut di bawah Teluk Gujarat.
Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya
Dwaraka berhasil ditemukan dalam keadaan hancur digulung gelombang Laut Arab
yang cukup dahsyat. Dari hasil investigasi, banyak temuan berharga indikator
kehidupan makhluk 15.000 tahun lalu.
Selain tembikar, ada bongkahan batu
besar yang diduga benteng dan dinding istana. Batuan dipenuhi ornamen indah,
lonceng kuil dari tembaga, jangkar kapal, pot bunga dari keramik, serta uang
emas dan tembaga.
Penemuan logam ini memperlihatkan
kepada kita, bahwa peradaban 30.000 – 15.000 tahun lalu ternyata sudah tinggi.
Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan senjata pemusnah massal di
perang itu.
Bahkan menurut beberapa ahli yang lebih kontroversial malah menyatakan, bahwa
pada masa lalu manusia sudah beberapa kali hampir mengalami pemusnahan massal
akibat perang nuklir, perang bintang dan perang-perang besar lainnya.
Hingga manusia yang dapat bertahan
hidup dan berlindung (survive) hanya tersisa ribuan jiwa saja, lalu mereka
kembali ke zaman batu atau “seperti” zaman prasejarah.
Kemudian terus berkembang-biak
kembali menjadi jutaan dan milyaran. Lalu terjadi lagi perang besar di bumi
yang menyebabkan kemusnahan massal manusia, lalu berkembang-biak lagi, begitu
seterusnya selama belasan kali.
Namun tak selamanya perang besar
terjadi akibat peperangan antara manusia di bumi. Menurut paneliti yang
tertarik masalah Ufology, manusia juga pernah melawan makhluk-makhluk luar
angkasa atau alien, dan akhirnya juga menyisakan kehancuran dahsyat di Bumi.
Perlawanan ini juga membuktikan bahwa pada masa lalu peradaban manusia di bumi telah canggih, jika tidak canggih maka tak mungkin ras manusia berani melawan. Tapi akibat kekalahan teknologi yang jauh-jauh lebih canggih, ras manusia kalah namun berhasil untuk bertahan hidup dibawah pemukaan bumi.
Perlawanan ini juga membuktikan bahwa pada masa lalu peradaban manusia di bumi telah canggih, jika tidak canggih maka tak mungkin ras manusia berani melawan. Tapi akibat kekalahan teknologi yang jauh-jauh lebih canggih, ras manusia kalah namun berhasil untuk bertahan hidup dibawah pemukaan bumi.
Setelah beberapa dekade radiasi di
permukaan bumi mulai menurun, merekapun mulai berani kembali ke permukaan dan
memulai kembali peradaban ras manusia dari awal.
Menurut peneliti Ufology dan
peneliti sejarah peradaban dunia yang kontroversial, peristiwa hampir punahnya
ras manusia ini tak hanyak terjadi sekali, namun berkali-kali, dan manusia
selalu dapat bertahan hidup walau hanya tersisa ribuan saja dan kembali memulai
peradaban baru hingga suatu saat kembali maju dan canggih.
Dari penemuan-penemuan itu, Dr. Michael Creko membukukan laporan dalam 3 buku
yang dicetak tahun 2006. Beberapa diantaranya :
Forbidden Archaelogis, The Hidden
History of Human Race, dan Human Devolution, yang isinya menentang teori
Darwin, tentang evolusi manusia.
Dr. Rao dari hasil karyanya
memperoleh penghargaan “The World Ship Trust Award” dari PBB atas penemuan
siklus kehidupan manusia yang memutus teori Darwin.
Pada awalnya, kisah-kisah inilah
yang dibukukan dalam kitab Hindu dan menjadi kisah yang menarik tentang perang
besar pada zaman dahulu kala ini (Armageddon).
Bahkan di Indonesia saat agama Hindu
masuk ke Nusantara, cerita perang ini telah menjadi budaya Indonesia terutama
di Jawa dan Bali.
Budaya ini telah melekat di
Indonesia hingga kini, salah satunya melalui tradisi Wayang, baik itu wayang
orang atau wayang kulit bahkan wayang golek.
Cerita tentang Baratayudha tersebut
tetap mengakar hingga ke generasi muda di Indonesia sebagai generasi penerus
kebudayaan tua ini. Karena cara ini adalah salah satu jalan agar kisah heriok
ini tetap lestari di kemudian hari.
Cara lainnya untuk melestarikan
kisah ini juga dilakukan dengan penulisan buku-buku dari banyak
literatur-literatur kuno di zaman Hindu. Bahkan sudah ada beberapa permainan
(games) elektronik di komputer tentang kisah peperangan Ramayana dan
Baratayudha ini.
Di Indonesia, cerita pewayangan seperti perang Bharata Yudha (kisah perang di Mahabharata) masih banyak diceritakan langsung secara turun-temurun oleh para orang tua kepada generasi mudanya.
Selain itu, masih banyak pula
kakek-nenek dan orang tua dari generasi sebelumnya terus menceritakan kembali
kisah menarik ini kepada anak dan cucunya, termasuk di dalamnya tentang kisah
perang Baratayudha.
Namun banyak pula peneliti dan
budayawan yang menyatakan bahwa kisah itu hanya sekedar mitos atau fiksi kuno
belaka.
Tapi itu semua dapat dipatahkan
dengan penemuan-penemuan arkeologi dan sejarah yang sama-sama bersinergi dan
dapat membuktikan fakta-fakta yang ada dan telah terjadi di lapangan.
Karena bisa jadi, itu semua memang bagian dari sejarah yang nyata bagi peradaban ras manusia di muka Bumi untuk selalu bertahan dari kepunahan. “Life will find the way…”
Karena bisa jadi, itu semua memang bagian dari sejarah yang nyata bagi peradaban ras manusia di muka Bumi untuk selalu bertahan dari kepunahan. “Life will find the way…”
(berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar